Powered by Blogger.
RSS

Trichomonas vaginalis

Trikomoniasis
dan Penatalaksanaannya
AM Adam, Hardy Suwita
SMF Kulit dan Kelamin RSUD Lambuang Baji, Makassar
ABSTRAK
Trikomoniasis adalah infeksi Trichomonas vaginalis yang merupakan protozoa
patogen pada saluran genito-urinaria manusia. Berbagai macam gejala klinis dapat
ditemukan baik pada wanita maupun pria dan diagnosis pasti adalah dengan
menemukan organisme ini. Hingga saat ini metronidasol masih merupakan obat pilihan
untuk trikomoniasis.
Kata kunci: Trikomoniasis, Penatalaksanaan.
PENDAHULUAN
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogen
(1,2)
yang umumnya ditemukan pada saluran genitourinaria
manusia. Penularan biasanya melalui hubungan kelamin;
organisme ini dapat menyebabkan vaginitis pada wanita dan
uretritis non gonore pada pria
(1)
.
Pada tahun 1836 Donne menemukan Trichomonas
vaginalis pada duh tubuh vagina yang segar. Beberapa peneliti
selama 30 tahun terakhir ini memperlihatkan bahwa
Trichomonas vaginalis merupakan patogen urogenital penting
yang dapat menular secara seksual
(1,3)
.
Azomycin (2 nitroimidazol) yang ditemukan oleh Naka-
mura (1955)
, mempunyai efek trikomoniasida, sehingga
disintesis secara kimia. Salah satunya adalah 1-
-
hydroxyethyl-2-methyl-5 nitroimidazol, sekarang dikenal se-
bagai metronidazol, diketahui memiliki aktivitas tinggi secara
in vitro terhadap Trichomonas vaginalis. Metronidazol mem-
punyai spektrum yang luas terhadap protozoa dan sebagai
antimikroba
(4)
.
Sejak tahun 1958, metronidazol sudah dikenal di seluruh
dunia sebagai kemoterapi untuk Trichomonas vaginalis
(5)
.
Baru-baru ini dilaporkan beberapa kasus kegagalan peng-
obatan ulang dengan metronidazol yang menandakan adanya
strain dengan resistensi tinggi
(6)
. Kurangnya pengobatan alter-
natif untuk infeksi Trichomonas vaginalis yang resisten ter-
hadap metronidazol menyebabkan peningkatan dosis dan
usaha untuk lebih mengetahui farmakodinamik pada peng-
gunaan nitroimidazol
(7)
.
Peningkatan risiko terkena trikomoniasis terdapat pada
individu yang mempunyai pasangan seksual yang banyak,
higiene yang buruk dan sosial ekonomi yang rendah
(1)
.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi Trichomonas vaginalis sebesar 5-10% pada
populasi umum wanita
(1)
, 50-60% pada wanita penghuni pen-
jara dan pekerja seks komersial
(1,2)
.
Pada wanita yang mempunyai keluhan pada vagina,
prevalensi Trichomonas vaginalis antara 18-50%; dan pada 30-
50% wanita dengan gonore juga ditemukan infeksi Tricho-
monas vaginalis. Prevalensi infeksi Trichomonas vaginalis
pada pria yang mengunjungi klinik penyakit menular seksual
sebanyak 6%. Infeksi Trichomonas vaginalis pada pria selalu
dihubungkan dengan uretritis non gonore, dengan prevalensi
antara 1-68%
(1)
.
Pada skrining serologis yang dilakukan pada orang-orang
yang terlihat sehat di rumah sakit, diperkirakan sebanyak
1
/
3
dari seluruh wanita mengidap agen ini selama masa aktif
seksualnya
(2)
Trichomonas vaginalis ditemukan pada lebih
dari 30% saluran urogenital pria yang pasangan wanitanya
terinfeksi Trichomonas vaginalis
(4)
.
Di Eropa Timur infeksi Trichomonas vaginalis sekurang-
Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 37
background image
kurangnya 25% ditemukan pada kasus uretritis non gonore. Di
Zimbabwe 5,5% infeksi Trichomonas vaginalis terjadi pada
pria dan 10-50% infeksi Trichomonas vaginalis pada wanita
bersifat asimtomatik
(3)
. Di Lods, Polandia, pada pemeriksaan
urin penderita pria dengan usia 18-60 tahun ditemukan 1,74%
terinfeksi Trichomonas vaginalis sedangkan pada wanita usia
18-60 tahun ditemukan 10,67%. Di Inggris Barat, 5,3% wanita
yang datang ke klinik ginekologi terinfeksi Trichomonas
vaginalis dan 21,3% penderita yang datang ke bagian penyakit
menular seksual mengandung organisme ini. Di Amerika, pada
465 pekerja asuransi didapatkan 6,3% wanita yang menikah
dari 1,4% wanita tidak menikah mengidap Trichomonas
vaginalis. Sebagian besar pekerja seks komersial atau peng-
guna obat (70%) mem-punyai Trichomonas vaginalis. Pada
wanita kulit hitam diperkirakan 2-8 kali lebih banyak ditemu-
kan Trichomonas vaginalis dibandingkan wanita kulit putih
(8)
.
Infeksi paling sering terjadi pada dekade II dan III, tetapi
dapat terjadi pada setiap umur dan pernah dilaporkan hampir
17% bayi usia 1 hari  11 bulan telah terinfeksi Trichomonas
vaginalis
(9)
.
ETIOLOGI
Trikomonas adalah suatu organisme eukaryotik yang
termasuk kelompok mastigophora
(10)
, mempunyai flagel,
dengan ordo trichomonadida. Terdapat lebih dari 100 spesies,
sebagian besar trichomonas merupakan organisme komensal
pada usus mamalia dan burung. Terdapat 3 spesies yang sering
ditemukan pada manusia yaitu Trichomonas vaginalis yang
merupakan parasit pada saluran genitourianaria, Trichomonas
tenax dan Pentatrichomonas hominis merupa-kan trichomonas
non patogen yang ditemukan di rongga mulut untuk
Trichomonas tenax dan usus besar untuk Pentatrichomonas
hominis
(1)
.
Nama Trichomonas vaginalis sebenarnya salah, karena
juga ditemukan di uretra wanita dan tidak jarang ditemukan di
uretra pria
(8)
. Organisme ini berbentuk oval atau fusiformi, atau
seperti buah pir
(1,8)
dengan panjang rata-rata 15 mm dengan
tanda khas selalu berpindah tempat. Intinya terletak anterior,
antara inti dan permukaan ujung yang lebih luas terdapat 1 atau
lebih struktur yang membulat yang disebut blepharoplasts dan
dari tempat inilah keluar keempat flagel
(8)
. Flagel kelima
berbentuk membran bergelombang yang berasal dari kompleks
kinetosomal dan terbentang sepanjang setengah dari organisme
ini
(1)
.
Pergerakannya dengan kedutan yang didorong oleh
keempat flagel anterior
(1)
, kecepatan dan aktivitas hentakan-
nya yang khas menyebabkan organisme ini mudah diidentifi-
kasi pada sediaan segar
(8)
Trichomonas vaginalis tumbuh di
ling-kungan yang basah dengan suhu 35-37ยบ C dengan pH
antara 4,9-7,5
(1)
Trichomonas vaginalis tidak menyerang
jaringan di sebelah bawah dinding vagina, ia hanya ada di
rongga vagina; sangat jarang ditemui di tempat lain. Ling-
kungan vagina sangat disukai oleh organisme ini
(10)
.
Trichomonas vaginalis dapat menimbulkan reaksi radang
pada rongga vagina yang didominasi oleh sel lekosit polymor-
phonuclear (PMN). Trichomonas vaginalis dan ekstraknya
dapat merangsang kemotaktik sel lekosit PMN, yang mungkin
mempengaruhi perkembangan gejalanya
(3)
.
Mekanisme lengkap penghancuran sel epitel vagina yang
diserang oleh Trichomonas vaginalis belum diketahui dengan
pasti
(3)
.
Terdapat 3 kemungkinan untuk timbulnya spektrum klinis
yang luas pada penyakit ini:
1. Terdapat variasi virulensi intrinsik di antara strain tricho-
monas yang berbeda
(3,10)
.
2. Perbedaan kerentanan epitel vagina di antara penderita dan
juga pada penderita yang sama pada waktu yang lama
(3,10)
.
3. Terdapat perbedaan lingkungan mikro vagina yang mem-
pengaruhi gejala klinisnya
(3)
.
Pria yang mengandung Trichomonas vaginalis sebagian
besar asimtomatik dan respon radang pada uretra pria biasa-
nya tidak ditemukan. Hal ini berhubungan dengan epitel
kuboid pada uretra. Trichomonas vaginalis dapat menginfeksi
epitel skuamosa pada vagina tetapi hanya yang rentan saja
(3)
.
Cara menghilangkan Trichomonas vaginalis dari saluran
urogenital pria belum diketahui pasti, tetapi mungkin organis-
me hilang secara mekanik pada waktu buang air kecil dan
adanya seng di dalam cairan normal prostat dapat dengan cepat
membunuh trichomonas
(3)
.
PENULARAN
Trichomonas vaginalis menular melalui hubungan sek-
sual
(1,9,11)
meskipun masih diperdebatkan
(1)
Trichomonas
vaginalis dapat hidup pada obyek yang basah
(11)
selama 45
menit pada kloset duduk, kain lap pencuci badan, baju, air
mandi
(1)
dan cairan tubuh
(11)
. Penularan perinatal terjadi kira-
kira 5% dari ibu yang terinfeksi
(1,11)
tetapi biasanya sembuh
sendiri dengan metabolisme yang progresif dari hormon ibu
(1)
.
Infeksi Trichomonas vaginalis mempunyai masa inkubasi
selama 4-21 hari
(9)
.
GEJALA KLINIS
Pada wanita
·
·
·
Vaginitis
Adanya duh tubuh vagina yang encer berwarna kuning
kehijauan
(1,11)
dan purulen merupakan gambaran yang karak-
teristik untuk vaginitis trichomonal
(1)
. Bau vagina yang
abnormal, pruritus, vulva yang kemerahan dan membengkak,
petechiae pungtata pada serviks (strawberry cervix)
(9,11-14)
.
Lebih dari setengah wanita yang terinfeksi mempunyai gejala
klinis
(11)
, difus, ekskoriasi pada bagian dalam paha
(8)
. Pen-
derita mungkin juga mengeluh disparenia dan pada waktu
pemasangan spekulum terasa sakit
(8,14)
serta edema vestibulum
dan labia minor mungkin ditemukan
(12)
.
Uretritis
Kira-kira setengah kasus vaginitis trikomonalis juga me-
ngenai uretra. Keadaan ini mungkin asimtomatik atau me-
nyebabkan disuria
(8)
.
Skenitis dan bartolinitis
Skenitis dan bartolinitis dengan pembentukan abses
mungkin berhubungan dengan trikomoniasis dan kadang-
Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003
38
background image
kadang Trichomonas vaginalis dapat diisolasi dari sekreti
organ ini
(8)
, infeksi kedua kelenjar ini sangat jarang terjadi
(9)
.
Pada pria
Penemuan secara langsung Trichomonas vaginalis dengan
menggunakan mikroskop sukar pada genitalia pria atau sampel
urin
(1)
. Sebagian besar pria yang terinfeksi tidak mempunyai
gejala
(3,8,11,13)
. Bila bergejala kebanyakan berupa duh tubuh
ure-tra yang seperti susu dan sakit bila buang air kecil
(11)
sehingga memberikan gejala sebagai uretritis non gonore
(3,13)
.
Diagnosis dibuat dengan menemukan organisme ini pada duh
tubuh uretra dengan hapusan atau kultur atau keduanya
(8)
.
LABORATORIUM
Pemeriksaan mikroskop secara langsung
Dengan sediaan basah dapat ditemukan protozoa dengan
4-5 flagel dan ukuran 10-20
ยตm
(11)
yang motil
(1,9)
.
Pada wanita metode ini mempunyai sensitifitas 50-
70%
(1,3,5)
dan spesimen harus diambil dari vagina karena agen
penyebab hanya menyerang epitel skuamosa
(1,11)
. Pada pria
cara penemuan Trichomonas vaginalis tidak selalu berhasil
(11)
dan Trichomonas vaginalis dapat dideteksi dengan meng-
gunakan sedimen urin
(1,11)
.
Cara lain menggunakan pewarnaan Gram, Giemsa, Papa-
nicolaou, Periodic acid schiff, Acridine orange, Fluorescein,
Neutral red dan Imunoperoxidase
(1)
.
Kultur
Teknik kultur menggunakan berbagai cairan dan media
semi solid yang merupakan baku emas untuk diagnosis
(1)
.
Biasanya dengan menggunakan medium Feinberg-Whittington
memberikan hasil yang dapat dipercaya
(9)
. Teknik kultur ini
mempunyai sensitifitas kira-kira 97%
(3)
.
Metode serologi
Beberapa studi mengatakan bahwa uji serologis kurang
sensitif daripada kultur atau pemeriksaan sediaan basah
(1)
. Pada
metode serologi ini dapat digunakan teknik ELISA, tes latex
agglutination yang menggunakan antibodi poliklonal
(3)
.
Antigen detection immunoassay yang menggunakan antibodi
monoklonal dan nucleic acid base test
(1)
.
DIAGNOSIS
Diagnosis trikomoniasis masih merupakan suatu masalah,
sebab gambaran klinis trikomoniasis tidak dapat dipercaya se-
bagai petunjuk diagnosis, karena kurang sensitif dan spesifik.
Diagnosis efektif trikomoniasis tergantung pada identifikasi
organismenya
(3,8)
. Spesimen dari uretra jarang digunakan bila
dibandingkan yang berasal dari vagina
(8)
.
PENGOBATAN
Pengobatan trikomoniasis vagina tidaklah semudah hu-
bungan langsung antara kerentanan organisme terhadap metro-
nidazol dengan dosis obat, tetapi mungkin tergantung pada
interaksi kompleks beberapa faktor yang meliputi: kerentanan
obat terhadap trichomonas, kadar obat setempat, potensial
redoks intravagina (yang mungkin mengatur jumlah obat yang
diambil oleh parasit) dan mikroflora vagina yang menyertainya
(yang mungkin mengurangi jumlah obat se-tempat).
Metronidazol masih tetapi sebagai obat pilihan untuk
trikomoniasis pada wanita dan pria
(1,8,15)
. Tidak ada peng-
obatan alternatif yang efektif selain metronidazol
(13)
.
Metronidazol bekerja dengan cara menghambat sintesis
DNA pada Trichomonas vaginalis dan menyebabkan degra-
dasi DNA
(4)
yang berakibat putusnya untaian DNA dan tidak
stabil-nya helix
(15)
, dengan cara mereduksi ferredixin-depleted
extract pada Trichomonas vaginalis melalui pyrovat ferredoxin
oxidoreductase dan diduga hasil reduksi ini yang bertanggung
jawab pada kematian sel
(15)
.
Metronidazol hampir sempurna diserap melalui usus
(16)
,
berpenetrasi dengan baik kedalam jaringan dan cairan tubuh
(vagina, semen, saliva dan ASI)
(4)
serta diekskresi sebagian
besar melalui urin
(16)
.
Rejimen yang dianjurkan
Metronidazol 2 g dosis tunggal, peroral
(1,4,8,11,13)
. Peng-
obatan ini sangat efektif dengan angka keberhasilan antara 82-
90%
(1,3,14,16)
. Pengobatan juga diberikan kepada pasangan
seksualnya dengan rejimen yang sama
(1,2,8)
. Jika pasangan
seksual-nya diobati bersama-sama maka angka kesembuhan
melebihi 95%. Angka reinfeksi 16-25% terjadi jika pasangan
seksualnya tidak diobati
(3)
. Penderita dan pasangan seksualnya
dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual hingga dinyata-
kan sembuh
(1,13,14)
.
Rejimen alternatif
·
·
·
·
Metronidazol 500 mg, 2 kali sehari selama 7 hari. Rejimen
ini dianjurkan untuk penderita yang tidak sembuh dengan
pengobatan dosis tunggal
(1,13,14,16)
.
Metronidazol 2 g dosis tunggal selama 3-5 hari. Di-
anjurkan untuk penderita yang gagal dengan pengobatan
ulangan
(1,13)
. Rejimen metronidazol multidosis selama 7 hari
sangat efektif untuk penderita pria
(1)
.
Metronidazol 250 mg, 3 kali sehari selama 7 hari
(4,11)
. Di
Amerika Serikat digunakan selama 10 hari
(17)
.
Metronidazol 1 g, 2 kali sehari selama 1-2 hari
(14)
.
Fenobarbital dan kortikosteroid akan menurunkan kadar
metronidazol plasma
(16,18)
dan akan menurunkan aktifitas
metronidazol terhadap Trichomonas vaginalis
(18)
, sedangkan
cimetidine akan menaikan kadar metronidazol plasma
(16)
.
Kasus yang resisten secara klinis dapat diobati dengan
dosis 2-4 g metronidazol selama 3-14 hari
(2,7)
atau metro-
nidazol 2 g peroral setiap hari disertai 500 mg yang diberikan
intravagina
(3,7)
.
Hubungan antara sensitifitas Trichomonas vaginalis in
vitro dengan respon klinis terhadap kemoterapi mungkin lebih
ditentukan oleh kadar yang dicapai pada jaringan dinding
vagina daripada kadar dalam duh tubuh vagina, karena metro-
nidazol hanya sedikit terdapat di dalam duh tubuh vagina
(5)
.
Infeksi pada neonatus biasanya akan hilang secara spontan
dalam beberapa minggu. Jika gejala menetap hingga 4 minggu
setelah lahir, maka bayi harus diberi metronidazol dengan
dosis 5 mg/kgBB, 3 kali sehari selama 5 hari peroral
(16)
.
Kegagalan pengobatan infeksi Trichomonas vaginalis oleh
Cermin Dunia Kedokteran No. 139, 2003 39
background image
karena dosis yang tidak sama, kelainan penyerapan obat pada
usus atau adanya inaktivasi oleh flora vagina
(19)
, dan terjadinya
reinfeksi
(20)
.
Kehamilan dan laktasi
Metronidazol tidak digunakan pada awal kehamilan atau 3
bulan pertama kehamilan
(7,8,16,21)
. Untuk menghilangkan gejala-
nya dapat diberikan clotrimazol 100 mg/hari sebagai suposi-
toria vagina selama 7 hari
(3,16)
. Tidak ada bukti klinis yang
mendukung adanya kelainan fetus pada penggunaan metroni-
dazol oleh wanita hamil
(7,8,21)
. Pemberian ASI harus dihentikan
hingga 24 jam setelah pengobatan dihentikan, karena metroni-
dazol diekskresi kedalam susu
(16,21)
Centre for Disease
Control menganjurkan wanita hamil yang men-derita
trikomoniasis diobati setelah trimester pertama
(1)
. Selama
kehamilan dan menyusui dianjurkan dosis tinggi dan dalam
waktu yang singkat
(8)
yaitu dengan metronidazol 2 g dosis
tunggal, peroral
(13)
.
Efek samping
Beberapa penderita mengeluh tidak enak atau rasa seperti
logam
(1,2,4,14,16)
. Nausea terjadi pada sekitar 10% pada pen-
derita yang menggunakan dosis 2 g
(1,2,4,11,14)
. Beberapa pen-
derita lainnya mengalami efek yang menyerupai disulfiram
(antabuse) berupa muntah, gangguan abdomen, sakit kepala,
nausea dan kemerahan pada kulit setelah meminum alkohol
selama pengobatan
(1,4,11,16,21)
. Data pada binatang, diduga ter-
dapat hubungan antara metronidazol dengan peningkatan
karsinogenesis, sedangkan pada studi epidemiologi retros-
pektif memperlihatkan bahwa metronidazol yang diberikan
pada orang dewasa dengan dosis standar tidak meningkatkan
angka kejadian kanker
(11)
.
Parestesia dan hiperalgesia terjadi pada penderita yang
mendapat metronidazol 5 g/hari selama 14 hari
(2)
, mulut
kering, diare dan gangguan abdomen kadang-kadang ditemu-
kan
(4,14,16)
Dizziness, vertigo juga ditemukan dan sangat jarang
encephalopathy, kejang, gangguan koordinasi dan ataksia
(4)
.
Warna urin yang gelap, stomatitis, lekopenia yang reversibel
dan neuropati perifer yang ringan dan cepat menghilang
(16)
,
urtikaria, flushing, pruritus, disemia, sistitis dan terasa ada
penekanan pada pelviks juga pernah di-laporkan
(4)
.
Kontra indikasi
-
Hipersensitifitas.
-
Hamil muda.
-
Alkoholisme kronis
(12)
.
Pengobatan topikal
Pengobatan topikal merupakan pengobatan cadangan pada
keadaan nitroimidazol sistemik merupakan kontra indikasi
(1
).
· Klotrimazol, dosis 100 mg intravagina selama 6 hari
dilaporkan dapat menyembuhkan 48-66% penderita yang
ditentukan dengan kultur. Pengobatan ini dipakai untuk ke-
hamilan trimester pertama
(1,3,9)
.
· Nonoxynol mempunyai aktifitas anti trichomonas dan
dilaporkan 1 kasus terbukti efektif sebagai pengobatan topikal
terhadap strain Trichomonas vaginalis dengan resistensi tinggi
terhadap metronidazol
(1)
.
· Povidon iodine douche terbukti dapat digunakan untuk
pengobatan Trichomonas vaginalis yang resisten terhadap
metronidazol. Pengobatan ini harus dihindari pada kehamil-an,
karena peningkatan kadar serum iodine dapat menekan per-
kembangan tiroid fetus
(1,22)
.
Pengobatan lainnya
·
·
·
·
·
·
Nimorazol dilaporkan sama efektifnya dengan metro-
nidazol dan diberikan dengan dosis 3 x 250 mg/hari, peroral
selama 7 hari
(8)
, dapat pula diberikan 2 g dosis tunggal
(8,21)
atau
2 x 1 g dalam waktu 24 jam, angka keberhasilannya 80-90%
(8)
.
Beberapa turunan nitroimidazol lainnya yaitu tinidazol,
ornidazol, carnidazol dan secnidazol semua memberikan hasil
yang baik dengan dosis tunggal 2 g peroral dan ornidazol juga
efektif dengan dosis tunggal 1,5 g
(8)
.
Vaksinasi untuk imunisasi aktif terhdap trikomoniasis
sudah dipasarkan di Eropa. Vaksin ini berisi aberrant lacto-
bacilli yang mati, diisolasi dari wanita dengan trikomo-
niasis
(1)
.
KESIMPULAN
Trikomoniasis masih merupakan masalah pada penyakit
menular seksual.
Diagnosis pasti trikomoniasis adalah dengan menemukan
organisme penyebabnya yaitu Trichomonas vaginalis melalui
sediaan langsung atau kultur.
Hingga saat ini metronidazol masih merupakan obat
pilihan untuk trikomoniasis.
KEPUSTAKAAN
1.
Krieger JN, Alderette JF. Trichomonas vaginalis and trichomoniasis. In:
Holmes KK, Mardh PA, Sparling PF, et al (eds). Sexually transmitted
diseased. 3
rd
ed. New York: McGraw-Hill, 1999: 587-604.
2.
Lossick JG, Muller M, Gorell TE. In vitro drug susceptibility and doses of
metronidazol required for cure in cases of refractory vaginal
trichomoniasis. J Infect Dis 1986; 153 (5): 948-55.
3.
Rein MF. Uncertainties and controversies in trichomoniasis. In: Sobel JD,
ed. Vulvovaginal infections current concepts in diagnosis and therapy.
New York: Academy Professional Information Service, 1990: 73-85.
4.
Webster LT. Drugs used in the chemotherapy of protozoal infectious. In:
Goodman LS, Gilman A, eds. The pharmacological basic of the
therapeutics. 8
th
ed. New York: Pergamon Press, 1990: 999-1007.
5.
Korner B, Jensen NK. Sensitivity of trichomonas vaginalis to
metronidazole, tinidazole and nifurated in vitro. British J Venereol Dis
1976; 52: 404-8.
6.
Ralph ED, Darwish R, Austin TW, Smith EA, Pattison FLM.
Susceptability of trichomonas vaginalis strains to metronidazole: response
to treatment. Sex Trans Dis 1983; 10 (3): 119-22.
7.
Lossick JG. Treatment of intactable vaginal trichomoniasis. In: Horowitz
BJ, Mardh PA, eds. Vaginitis and vaginosis. New York: Wiley-Liss, 1991:
215-20.
8.
King A, Nicol C, Rodin P. Venereal diseases. London: Bailliere Tindall,
1980.
9.
Bryceson ADM, Hay RJ. Parasitic worms and protozoa. In: Champion
RH, Burton JL, Burns DA, Breathnach SM, eds. Rook/Wilkinson/Ebling
textbook of dermatology. 6
th
ed. London: Blackwell Science, 1998: 1377-
422.
10.
Muller M. Trichomonas vaginalis and trichomoniasis. In: Horowitz BJ

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment